Ciri Ciri Penderita HIV AIDS
Berikut adalah tulisan seorang relawan pekerja sosial yang konsen peduli pada para penderita HIV-AIDS, semoga bisa membuka hati nurani dan kasih kita untuk berbagi dengan sesama. Tulisan ini dikutip dari artikel beliau disini. Berikut ungkapannya, Penderita AIDS juga manusia, mereka membutuhkanku, dan inilah pengabdianku untuk menyelamatkan nyawa mereka, menghidupkan mereka. Ibarat perang, saya rela menjadi serdadu melawan virus HIV/AIDS, dan kuyakin tak akan mati, tak akan terenggut nyawaku lantaran virus itu sebab kutahu pasti, tak semudah itu virus menerobos darah dan tulangku. HIV tak seperti virus influenza ataupun tuberkuloza (yang dulu populer disebut TBC, sekarang Tb). Manusia tertular HIV hanya bisa terjadi dengan aktifitas "terencana" dan "disengaja" yakni hubungan seks, transfusi darah. Selain itu tertular karena hubungan "keturunan" alias ibu bervirus menyusui bayinya dan jarum suntik.
Tak sedikitpun orang telah mencurigaiku sebagai penderita AIDS. Larangan itu bukan hanya dari teman-teman kampus, sahabat-sahabat dekat, tetangga tetapi juga dari saudara-saudara kandung. Bahkan istriku sendiri. Namun saya tak pernah surut dari pekerjaan yang menurut banyak kalangan sangat berisiko. Membahayakan memang jika saya mau bercanda dengan mautku. Sekali saja virus itu menembus darahku, maka saya tinggal menanti kematianku 5 atau 10 tahun akan datang. Sebab virus itu akan merusak seluruh jaringan tubuhku, memperlemah fisikku dan segera mengundang penyakit-penyakit "baru" semisal tumor ataupun kanker. Sekali lagi virus itu tak mudah memasuki tubuh seseorang, kawan…!!!.
Kemirisanku pada orang normal
Sekali waktu saya menikahkan pasangan HIV/AIDS, saya hampir digugat dan dipenjara sebab turut berkontribusi terhadap penularan virus HIV melalui pasangan pengantin baru itu. Saya bukannya dipenjara tetapi malah pihak yang menggugatku itu meminta maaf kepadaku oleh karena saya menjelaskan bahwa persyaratan pernikahan itu sangat ketat, harus berizin dari laboratorium, izin tersurat dari walikota, tidak boleh memiliki keturunan, dan wajib minum ARV.
Kematiannya Ditolak Masyarakat
Bukan hanya di Bali di mana jenazah penderita AIDS terbujur kaku dan beku, namun tak seorangpun berkenan menyentuhnya bahkan tak sudi untuk melakukan pembakaran terhadap mayatnya. Di kampung saya, seorang penderita AIDS wafat dan akan diterbangkan ke tanah kelahirannya. Namun pihak penerbangan menolak, peti jenazah itu terkatung-katung di bandara Sultan Hasanuddin.
Ditolak Bekerja
Puluhan penderita AIDS di Makassar mengajukan lamaran pekerjaan di berbagai perusahaan dan rumah sakit, mereka menolak dengan alasan takut tertular. Maka jadilah penderita AIDS masih dalam labelisasi manusia-manusia terisolir, sampah, dan dimarginalkan. Keadaan ini membuat frustrasi yang maha hebat pada penderita AIDS.
Ini lantaran orang-orang kental persepsinya bahwa AIDS adalah penyakit yang menjijikkan, kutukan, hukuman dan entah apalagi serapahnya. Mereka langsung menghubungkan akibat hubungan seks. Sungguh sebuah anggapan yang memperparah keadaan kejiwaan dan semangat hidup penderita AIDS. Saat mereka membutuhkan support, saat mereka tertatih-tatih dan tinggal menanti ajal menjemput. Malah orang-orang normal mencampakkannya.
Orang-orang itu sangat keliru dan "tidak berperikemanusiaan", mereka beranggapan kuat bahwa AIDS adalah penyakit anti sosial, mereka tidak cocok bergaul dengan kita. Padahal jika hanya berkomunikasi dengan penderita AIDS, sangat berlebihan jika dicurigai akan menularkan virusnya ke manusia normal. Virus bermaterial genetik asam ribonukleat itu takkan menembus tubuhmu dan darahmu serta cairanmu jika tak ada kontak seksual. Jadi janganlah terlalu berlebihan dan over-acting untuk mencampakkan mereka, mereka juga saudara kita. Mereka butuh hidup, butuh pekerjaan dan butuh penghargaan sebagai manusia ciptaan Allah, sama seperti kita.
sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar